liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138

Haji Wada dan Arti Pentingnya Bagi Umat Islam

Haji Wada dan Arti Pentingnya Bagi Umat Islam

JAKARTA, iNews.id – Pembahasan tentang Haji Wada merupakan khazanah ilmu yang penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Haji Wada berarti haji perpisahan atau haji terakhir dan satu-satunya yang dilakukan oleh Nabi SAW.

Haji wada disebut juga dengan Hujjat al-Wada yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M. Jika ditelaah lebih jauh, haji wada memiliki makna yang dalam bagi umat Islam.

Hal ini karena haji yang dilakukan Rasulullah pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah atau sehari sebelum hari Tarwiyah, juga menjadi momen turunnya wahyu yang menjelaskan kesempurnaan Islam sebagai agama yang berkenan kepada umat. Tuhan.

Wahyu tersebut adalah surat Al Maidah ayat 3 yang berbunyi:

Allah ْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu untukmu dan Aku telah memuaskanmu dengan berkah-Ku dan Aku telah menyenangkan Islam menjadi agamamu.” (QS al-Maidah: 3)

Haji Wada Menjadi Momentum Perpisahan Nabi

Surat Al Maidah ayat 3 menjelaskan betapa sempurnanya agama Allah yaitu agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ibadah Haji Wada dilakukan pada saat-saat terakhir misi Nabi Muhammad.

Ditemani istri dan putrinya Fatimah, Nabi berangkat pada bulan Dzulqa’dah 26 tahun 10 (23 Februari 632) bersama para pengikutnya yang terdiri dari penduduk Madinah, para sahabat, dan suku-suku yang datang ke Madinah.

Nabi Muhammad mengenakan ihram pada Zulhulaifa. Kemudian, Nabi mencapai Mekkah pada hari keempat Dhul-Hijjah dengan untanya yang bernama Qasva (Qusva), bersama banyak pengikut lainnya yang ikut dalam perjalanan tersebut.

Setelah menunaikan ibadah haji, Nabi tinggal di sebuah tenda di daerah Abtah. Dia kemudian meninggalkan Mekah dan pergi ke Mina, dan bermalam di sana.

Saat masih di Mina, Nabi mengalami saat-saat perpisahan dengan orang-orang yang dicintainya. Dia merasa bahwa tugas besar itu hampir selesai. Kemudian muncul surah lengkap terakhir dari Al-Qur’an yang disebutkan dalam surah al-Nasr:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ. وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

“Ketika pertolongan dan kemenangan Allah telah datang, dan kamu melihat orang-orang masuk agama Allah berbondong-bondong, muliakanlah nama Tuhanmu dan mohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Bertobat.” (QS al-Nashr: 1-3)

Pada tanggal 9 Dzul Hijjah, hari Jumat, Yang Mulia berangkat ke Arafah setelah matahari terbit, mengikuti jalan Muzdalifah dan bermalam di sebuah tenda di Namira.

Sore harinya, Nabi menyampaikan pidato terakhirnya. Pidato ini dikenal sebagai Khotbah Perpisahan yang disampaikan di depan lebih dari 150.000 jemaah di lembah Arafat.

Saat itu, Nabi menyampaikan pidato yang sangat mengharukan. Gerak dan sikap Nabi seakan mengisyaratkan bahwa beliau akan segera pulang.

Di antara kata-kata perpisahan Nabi yang diungkapkan saat itu adalah:

Editor: Komaruddin Bagja

Ikuti iNewsAceh News di Google News

Bagikan Artikel: